Suksesi Muhammad

Suksesi Muhammad merupakan isu sentral yang memecah umat Muslim menjadi beberapa cabang di abad pertama sejarah Islam. Beberapa bulan sebelum kematiannya, Muhammad menyampaikan khotbah di Ghadir Khum di mana ia mengumumkan bahwa Ali bin Abi Thalib akan menjadi penerusnya. Setelah khotbah tersebut, Muhammad memerintahkan kepada kaum Muslim untuk bersumpah setia kepada Ali. Baik sumber Syiah maupun Sunni sepakat bahwa Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan termasuk di antara sekian banyak orang yang bersumpah setia kepada Ali saat peristiwa ini.[1][2][3] Namun sesaat setelah kematian Muhammad, sekelompok Muslim mengadakan pertemuan di Saqifah, di mana sahabat Muhammad, yaitu Umar berjanji setia kepada Abu Bakar. Abu Bakar kemudian mengambil alih kekuasaan politik, dan para pendukungnya dikenal sebagai Sunni. Meskipun demikian, sekelompok Muslim lainnya tetap setia kepada Ali, yang kemudian dikenal sebagai kelompok Syiah, yang menyatakan meskipun hak Ali sebagai pemimpin politik telah diambil, dia tetap pemimpin keagamaan dan spiritual sepeninggal Muhammad.

Setelah kematian Abu Bakar dan dua pemimpin Sunni lainnya, Umar dan Utsman, kelompok Muslim Sunni kemudian mengikuti Ali untuk kepemimpinan politik. Setelah Ali meninggal, putranya Hasan bin Ali menggantikannya, baik secara politik dan menurut kelompok Syiah, juga secara keagamaan. Namun, setelah enam bulan, ia dipaksa membuat Perjanjian Hasan–Mu'awiyah dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, yang menetapkan Muawiyah akan memiliki kekuasaan politik jika dia tidak memilih siapa yang akan menggantikannya. Muawiyah melanggar perjanjian tersebut dan menjadikan putranya sendiri, Yazid sebagai penerus dan membentuk Kekhalifahan Umayyah. Sementara itu, Hasan dan setelah kematiannya, saudaranya yaitu Husain bin Ali, tetap menjadi pemimpin agama, setidaknya menurut Syiah. Dengan demikian menurut kelompok Sunni, siapa pun yang memegang kekuasaan politik dianggap sebagai penerus Muhammad, sementara Syiah mempertahankan bahwa kedua belas Imam (Ali, Hasan, Husain, dan keturunan Husain) adalah penerus Muhammad, bahkan jika mereka tidak memiliki kekuasaan politik.

Selain dua cabang utama ini, juga terdapat pendapat-pendapat lain yang muncul mengenai penerus Muhammad.

  1. ^ Ahlul Bayt Digital Islamic Library Project Team. "A Shi'ite Encyclopedia". Al-Islam.org. Ahlul Bayt Digital Islamic Library Project. Diakses tanggal 27 February 2018. 
  2. ^ Al-Khattab, Nasiruddin. Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Volume 4. Brooklyn: Dar-Us-Salam. hlm. 281. 
  3. ^ al-Razi, Fakhr (1934). Tafsir al-Kabir, Volume 12. Būlāq: al-Maṭbaʻah al-Bahīyah al-Miṣrīyah. hlm. 49–50. 

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Nelliwinne